Selasa, 23 Februari 2016

[API SEJARAH] Pengaruh Kebangkitan Islam di Indonesia (I)

Pasar Sebagai Gerbang Islamisasi Indonesia
DUNIA di kejutkan dengan turunnya wahyu Allah yang disampaikan Malaikat Jibril as kepada seorang yang berprofesi wirausahawan, Muhammad. Beliau pun berubah statusnya menjadi Rasulullah – Utusan Allah. Sebuah wahyu yang memberikan ajaran bagaimana caranya untuk mencapai Islam yang berarti selamat dan menjadikan diri sebagai Muslim yang berarti menyerahkan kehendak diri kepada kehendak Allah.
Ajaran yang diawali hanya lima ayat (QS 96: 1-5), berisikan tentang peringatan bahwa Allah yang menciptakan manusia dari darah dan Allah pula yang menjadikan manusia berilmu. Allah juga yang menciptakan manusia dapat membaca dan menulis. Ajaran wahyu ini oleh Malaikat Jibril as disampaikan kepada seorang wirausahawan yang ummi. Orang yang tidak dapat membaca dan menulis. Diturunkan bukan di istana yang mewah, melainkan di sebuah bukit batu gersang, Jabal Nur dengan guanya, Gua Hira.
Mengapa sejarah dapat diubah hanya dengan realitas sarana yang sangat sederhana. Namun, berdampak abadi dan menembus daratan, lautan, serta udara yang tiada batas. Dalam durasi waktu yang berbataskan akhir zaman. Padahal, hanya digerakkan oleh personal yang merupakan a tiny creative minority – kelompok kecil minoritas yang penuh kreatifas[1].
Al-Quran mencontohkan pada umumnya nabi dan rasul dalam upaya memelopori gerakan pembaharuan tampil dari dirinya sendiri, seperti Nabi Daud as dalam usia muda dan dari golongan minoritas dengan izin Allah berhasil menumbangkan kekuasaan yang sudah mapan dan absolut (Qs 2: 249).
Awalnya, Rasulullah saw hanya didukung oleh istri terhormat, Siti Khadijah ra. Diikuti oleh keponakannya, Ali bin Abi Thalib. Mantan hamba sahaya, Zaid. Kelompok kecil ini menjadi magnet yang mampu menarik tokoh-tokoh masyarakat yang terhormat, Abu Bakar, Umar bin Khaththab, dan Utsman bin Affan.
Betapa dahsyatnya pengaruh wahyu ajaran Islam ini. Dalam waktu relatif singkat dalam ukuran jarak waktu sejarah, menjadikan bangsa Arab yang tadinya jahiliyah berubah menjadi jenius. Ajaran wahyu Islam yang tidak diturunkan di istana. Tetapi, mengapa mampu menumbangkan singgasana penguasa-penguasa yang beristana megah. Kekaisaran Persia dengan ajaran Majusinya dan Keradjaan Romawi Bizantium dengan Nasraninya, keduanya tidak mampu menghentikan gerak sejarah yang dibangkitkan kaum yang kaya akan rahmat Allah.
Bangsa Arab yang tinggal di Jazirah Arabia, artinya daratan yang dikelilingi oleh lautan. Namun, terhimpit oleh Samodra Sahara Pasir Kuning yang tandus, mencoba bangkit dengan wahyu Ilahi menjadi bangsa yang mampu menguasai bahari kelautan. Dengan mengarungi samudra dan melintasi benua, bangsa Arab membangun jalan laut niaga, guna meretas jalan ajaran Islam untuk didakwahkan.
Gerak sejarah Islam berputar sangat menakjubkan. Meluas hingga ke batas cakrawala dunia. Bukan gerakan dari istana ke istana. Melainkan dari pasar ke pasar. Para wirausahawan tidak hanya memasarkan komoditi barang dagangan, tetapi, juga menjadikan pasar sebagai arena amal ajaran niaga Islami. Menumbangkan ajaran politeisme dan digantikan dengan ajaran Tauhid. Dampaknya, aturan jahiliyah pun roboh, tidak mampu bertahan. Ditegakkanlah Syariah Islam dengan metode budaya bangsa-bangsa yang dijumpainya. Kehadiran Islam disambut sebagai liberating forces • kekuatan pembebasan dari belenggu ajaran yang menyesatkan.
Pasar diperkirakan oleh sementara pihak hanya sebagai tempat memenuhi kebutuhan materi. Perkiraan semacam itu, ternyata tidak benar. Pasar tidak hanya tempat jual-beli barang, tetapi, terjadi pula pertukaran bahasa, ekonomi, politik, ideologi, sosial, budaya, ketahanan dan pertahanan. Bahkan, konversi agama pun berlangsung karena pengaruh pasar. Mengapa demikian?
Rasulullah saw sebelum memperoleh wahyu Allah, semula sebagai wirausahawan. Disiapkan sebelumnya dengan kehidupan yang bergumul dengan hiruk pikuk pasar, sejak usia dini, yaitu usia 6 tahun hingga dewasa 40 tahun. Selama 32 tahun, Muhammad berprofesi sebagai wirausahawan. Namun, dikarenakan wahyu Allah, pada usia 40 tahun, berubahlah menjadi Rasulullah saw. Berjuang mendakwahkan ajaran Islam selama 23 tahun.
Pengaruh berikutnya terhadap pengikutnya, menjadikan pasar sebagai medan niaga dan dakwah. Dari pasar, dibangun masjid. Dari masjid dibina generasi muda melalui lembaga pendidikan, di Indonesia disebut pesantren. Kelanjutannya dari tuntutan komunitas Islam, melahirkan kekuasaan politik Islam atau kesultanan.
Istilah pasar berasal dari Timur Tengah dari kata, bazaar. Sebelumnya, di Nusantara Indonesia tidak dikenal istilah tersebut karena pengaruh Islam dan kontak niaga dengan Timur Tengah, mulailah masuk istilah tersebut. Akibatnya, dikenal pula nama-nama pasar dengan hari-hari Islam: Pasar Senin, Pasar Rabu, Pasar Kamis, Pasar Jum’at, Pasar Ahad.
Melalui pasar berkembanglah pula Bahasa Melayu Pasar sebagai bahasa komunikasi niaga dalam pasar. Demikian pula Huruf Arab Melayu menjadi dikenal di Nusantara Indonesia. Tampaknya dapat dipastikan, penguasa pasar dunia, pengendali pengaruh kekuasaan politik, dan penguasa media transportasi, serta pendidikan, membentuk budaya dan peradaban bangsa di dunia.
Dalam hal ini, mengapa Islam dari Timur Tengah berpengaruh besar dalam menciptakan perubahan budaya dan peradaban di dunia, selama 800 tahun dari abad ke-7 hingga abad ke-15? Bagaimana dan dengan jalan apa yang ditempuh oleh para pejuang Islam, mengenalkan ajaran Islam menjadi tersebar ke seluruh dunia saat itu? Mengapa agama Islam disambut oleh masyarakat yang didatanginya sebagai agama pembebas?
Mungkinkah ajaran Islam dapat menyebar ke seluruh dunia, jika umat Islamnya tidak memiliki kesadaran kemaritiman. Sangat kontraduktif jika bangsa Arab yang tinggal di Jazirah Arabia, tidak memiliki kesadaran kebaharian. Tidakkah arti jazirah sebagai suatu wilayah yang dikelilingi oleh laut atau selat.
Wasiat Politik Kelautan
Kapal Arab LamaRasulullah saw memberikan jawaban yang tepat terhadap problema di atas. Ketandusan Jazirah Arabia dijawab oleh Rasulullah saw dengan 40 ayat tentang lautan atau maritim. Di dalamnya, bermuatan ~wasiat politik kelautan~ yang termaktub dalam AI-Quran.
Mengajarkan bahwa Allah telah menyerahkan penguasaan lautan kepada umal Islam. Realitas dunia 71 % terdiri dari lautan dan samudra. Jalan apa yang harus dipilih oleh umat Islam dalam mendakwahkan ajaran Islam ke seluruh dunia. Nusantara Indonesia sebagai negara kepulauan dan produsen rempah-rempah, tersekat jauh antar-pulau dan dengan Timur Tengah, India, dan Cina oleh laulan dan samudra yang luas. Tidak ada pilihan lain kecuali melalui jalan laut niaga.
Nusantara Indonesia sebagai nusa kepulauan yang terbuka dan terletak di antara benua dan samudra. Segenap kemajuan agama yang terjadi di luar, akan masuk dan mengubah sistem kehidupan di Nusantara Indonesia. Agama Hindu dan Buddha yang berasal dari India, masuk ke Nusantara melahirkan perubahan tatanan budaya dan menumbuhkan political authority-kekuasaan Politik atau kerajaan Hindu dan Buddha. Misalnya Keradjaan Hindoe Padjadjaran, Singasari, Kediri, Madjapahit, dan Keradjaan Boeddha Sailendra dan Sriwidjaja.
Kembali ke masalah agama Islam yang merakyat ajarannya, tidak mengenal adanya stratifikasi sosial yang didasarkan kasta. Diterima oleh rakyat di Nusantara Indonesia sebagai liberating forces – kekuatan pembebas. Melepaskan manusia dari pengklasifikasian abadi berdasarkan kasta yang tak dapat diubah karena dasar pembagian kasta berdasarkan hereditas – keturunan darah.
Islam memberikan semangat kehidupan dengan penciptaan ekonomi terbuka melalui pasar. Sistem ini melahirkan sistem sosial terbuka ·opened society. Artinya setiap individu terbuka untuk memperoleh kesempatan mengubah jenjang sosialnya, dengan social climbing– pendakian sosial. Melalui prestasi kerjanya· achieved status. Masyarakat Islam sebenarnya hampir tidak mendasarkan pada ascribed status – kedudukan sosial yang diperolehnya atas dasar keturunan-hereditas kecuali kedudukan Sultan atau Raja.
Islam masuk ke Nusantara Indonesia melalui gerbang pasar yang disebarkan para wirausahawan yang merangkap sebagai juru dakwah. Menurut Prof. Dr. D.H. Burger dan Prof. Dr. Mr. Prajudi, dalam Sedjarah Ekonomis Sosiologis Indonesia, Djilid Pertama, menyatakan Islam di Indonesia dikembangkan dengan jalan damai dan tidak disertai dengan invasi militer.
Dengan dana pribadi dan penguasaan transportasi kelautan serta penguasaan pasar, menjadikan Islam secara cepat tersebar ke seluruh kepulauan Nusantara Indonesia. Pengembangannya melibatkan setiap Muslim dengan keragaman profesinya, yang merasa terpanggil kesadaran agamanya, menjadi dai dengan metode yang sejalan dengan profesinya. Artinya pedagang dengan bahasa niaganya, nelayan dengan pendekatan nelayannya, bangsawan dengan bahasa struktural keningratannya, dan seterusnya. Rasulullah saw mengajarkan, “‘sampaikanlah ajaran yang berasal dariku, walaupun baru satu ayat,” – Bafighu ani walau ayah. Artinya, setiap Muslim berkewajiban untuk berperan aktif, ikut serta sebagai penyebar ajaran Islam yang bersumber dari wahyu. Dengan cara demikian, Islam cepat menyebar dan berdampak mayoritas bangsa Indonesia memeluk Islam sebagai agamanya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika kesaksian sejarah dari catatan wirausahawan dapat pula dijadikan sumber penulisan sejarah.
[1] Arnold J.Toynbee, 1974. A Study of History.Abridgemellt of Volume I-VI by C.Somervell. Oxford University Press. New York, hIm. 214.
Bersambung….
*Dicuplik dari buku “API SEJARAH Buku yang akan Mengubah Drastis Pandangan Anda tentang Sejarah Indonesia”, Ahmad Mansur Suryanegara, Salamadani Pustaka Semesta, Cetakan IV November 2010, halaman 25 – 30
*Gambar “Kapal Arab Lama” diambil dari beranda facebook Prof. Abdul Hadi WM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar