Pasar Sebagai Gerbang Islamisasi Indonesia
DUNIA di kejutkan dengan turunnya wahyu
Allah yang disampaikan Malaikat Jibril as kepada seorang yang berprofesi
wirausahawan, Muhammad. Beliau pun berubah statusnya menjadi Rasulullah
– Utusan Allah. Sebuah wahyu yang memberikan ajaran bagaimana caranya
untuk mencapai Islam yang berarti selamat dan menjadikan diri sebagai
Muslim yang berarti menyerahkan kehendak diri kepada kehendak Allah.
Ajaran yang diawali hanya lima ayat (QS
96: 1-5), berisikan tentang peringatan bahwa Allah yang menciptakan
manusia dari darah dan Allah pula yang menjadikan manusia berilmu. Allah
juga yang menciptakan manusia dapat membaca dan menulis. Ajaran wahyu
ini oleh Malaikat Jibril as disampaikan kepada seorang wirausahawan yang
ummi. Orang yang tidak dapat membaca dan menulis. Diturunkan bukan di
istana yang mewah, melainkan di sebuah bukit batu gersang, Jabal Nur
dengan guanya, Gua Hira.
Mengapa sejarah dapat diubah hanya dengan
realitas sarana yang sangat sederhana. Namun, berdampak abadi dan
menembus daratan, lautan, serta udara yang tiada batas. Dalam durasi
waktu yang berbataskan akhir zaman. Padahal, hanya digerakkan oleh
personal yang merupakan a tiny creative minority – kelompok kecil minoritas yang penuh kreatifas[1].
Awalnya, Rasulullah saw hanya didukung oleh istri terhormat, Siti Khadijah ra. Diikuti oleh keponakannya, Ali bin Abi Thalib. Mantan hamba sahaya, Zaid. Kelompok kecil ini menjadi magnet yang mampu menarik tokoh-tokoh masyarakat yang terhormat, Abu Bakar, Umar bin Khaththab, dan Utsman bin Affan.Al-Quran mencontohkan pada umumnya nabi dan rasul dalam upaya memelopori gerakan pembaharuan tampil dari dirinya sendiri, seperti Nabi Daud as dalam usia muda dan dari golongan minoritas dengan izin Allah berhasil menumbangkan kekuasaan yang sudah mapan dan absolut (Qs 2: 249).
Betapa dahsyatnya pengaruh wahyu ajaran
Islam ini. Dalam waktu relatif singkat dalam ukuran jarak waktu sejarah,
menjadikan bangsa Arab yang tadinya jahiliyah berubah menjadi jenius.
Ajaran wahyu Islam yang tidak diturunkan di istana. Tetapi, mengapa
mampu menumbangkan singgasana penguasa-penguasa yang beristana megah.
Kekaisaran Persia dengan ajaran Majusinya dan Keradjaan Romawi Bizantium
dengan Nasraninya, keduanya tidak mampu menghentikan gerak sejarah yang
dibangkitkan kaum yang kaya akan rahmat Allah.
Bangsa Arab yang tinggal di Jazirah
Arabia, artinya daratan yang dikelilingi oleh lautan. Namun, terhimpit
oleh Samodra Sahara Pasir Kuning yang tandus, mencoba bangkit dengan
wahyu Ilahi menjadi bangsa yang mampu menguasai bahari kelautan. Dengan
mengarungi samudra dan melintasi benua, bangsa Arab membangun jalan laut
niaga, guna meretas jalan ajaran Islam untuk didakwahkan.
Gerak sejarah Islam berputar sangat menakjubkan. Meluas hingga ke batas cakrawala dunia. Bukan gerakan dari istana ke istana. Melainkan dari pasar ke pasar. Para wirausahawan tidak hanya memasarkan komoditi barang dagangan, tetapi, juga menjadikan pasar sebagai arena amal ajaran niaga Islami. Menumbangkan ajaran politeisme dan digantikan dengan ajaran Tauhid. Dampaknya, aturan jahiliyah pun roboh, tidak mampu bertahan. Ditegakkanlah Syariah Islam dengan metode budaya bangsa-bangsa yang dijumpainya. Kehadiran Islam disambut sebagai liberating forces • kekuatan pembebasan dari belenggu ajaran yang menyesatkan.
Pasar diperkirakan oleh sementara pihak
hanya sebagai tempat memenuhi kebutuhan materi. Perkiraan semacam itu,
ternyata tidak benar. Pasar tidak hanya tempat jual-beli barang, tetapi,
terjadi pula pertukaran bahasa, ekonomi, politik, ideologi, sosial,
budaya, ketahanan dan pertahanan. Bahkan, konversi agama pun berlangsung
karena pengaruh pasar. Mengapa demikian?
Rasulullah saw sebelum memperoleh wahyu
Allah, semula sebagai wirausahawan. Disiapkan sebelumnya dengan
kehidupan yang bergumul dengan hiruk pikuk pasar, sejak usia dini, yaitu
usia 6 tahun hingga dewasa 40 tahun. Selama 32 tahun, Muhammad
berprofesi sebagai wirausahawan. Namun, dikarenakan wahyu Allah, pada
usia 40 tahun, berubahlah menjadi Rasulullah saw. Berjuang mendakwahkan
ajaran Islam selama 23 tahun.
Pengaruh berikutnya terhadap pengikutnya,
menjadikan pasar sebagai medan niaga dan dakwah. Dari pasar, dibangun
masjid. Dari masjid dibina generasi muda melalui lembaga pendidikan, di
Indonesia disebut pesantren. Kelanjutannya dari tuntutan komunitas
Islam, melahirkan kekuasaan politik Islam atau kesultanan.
Istilah pasar berasal dari Timur Tengah
dari kata, bazaar. Sebelumnya, di Nusantara Indonesia tidak dikenal
istilah tersebut karena pengaruh Islam dan kontak niaga dengan Timur
Tengah, mulailah masuk istilah tersebut. Akibatnya, dikenal pula
nama-nama pasar dengan hari-hari Islam: Pasar Senin, Pasar Rabu, Pasar
Kamis, Pasar Jum’at, Pasar Ahad.
Melalui pasar berkembanglah pula Bahasa
Melayu Pasar sebagai bahasa komunikasi niaga dalam pasar. Demikian pula
Huruf Arab Melayu menjadi dikenal di Nusantara Indonesia. Tampaknya
dapat dipastikan, penguasa pasar dunia, pengendali pengaruh kekuasaan
politik, dan penguasa media transportasi, serta pendidikan, membentuk
budaya dan peradaban bangsa di dunia.
Dalam hal ini, mengapa Islam dari Timur
Tengah berpengaruh besar dalam menciptakan perubahan budaya dan
peradaban di dunia, selama 800 tahun dari abad ke-7 hingga abad ke-15?
Bagaimana dan dengan jalan apa yang ditempuh oleh para pejuang Islam,
mengenalkan ajaran Islam menjadi tersebar ke seluruh dunia saat itu?
Mengapa agama Islam disambut oleh masyarakat yang didatanginya sebagai
agama pembebas?
Mungkinkah ajaran Islam dapat menyebar ke
seluruh dunia, jika umat Islamnya tidak memiliki kesadaran kemaritiman.
Sangat kontraduktif jika bangsa Arab yang tinggal di Jazirah Arabia,
tidak memiliki kesadaran kebaharian. Tidakkah arti jazirah sebagai suatu
wilayah yang dikelilingi oleh laut atau selat.
Wasiat Politik Kelautan
Rasulullah
saw memberikan jawaban yang tepat terhadap problema di atas. Ketandusan
Jazirah Arabia dijawab oleh Rasulullah saw dengan 40 ayat tentang
lautan atau maritim. Di dalamnya, bermuatan ~wasiat politik kelautan~ yang termaktub dalam AI-Quran.
Mengajarkan bahwa Allah telah menyerahkan
penguasaan lautan kepada umal Islam. Realitas dunia 71 % terdiri dari
lautan dan samudra. Jalan apa yang harus dipilih oleh umat Islam dalam
mendakwahkan ajaran Islam ke seluruh dunia. Nusantara Indonesia sebagai
negara kepulauan dan produsen rempah-rempah, tersekat jauh antar-pulau
dan dengan Timur Tengah, India, dan Cina oleh laulan dan samudra yang
luas. Tidak ada pilihan lain kecuali melalui jalan laut niaga.
Nusantara Indonesia sebagai nusa
kepulauan yang terbuka dan terletak di antara benua dan samudra. Segenap
kemajuan agama yang terjadi di luar, akan masuk dan mengubah sistem
kehidupan di Nusantara Indonesia. Agama Hindu dan Buddha yang berasal
dari India, masuk ke Nusantara melahirkan perubahan tatanan budaya dan
menumbuhkan political authority-kekuasaan Politik atau kerajaan
Hindu dan Buddha. Misalnya Keradjaan Hindoe Padjadjaran, Singasari,
Kediri, Madjapahit, dan Keradjaan Boeddha Sailendra dan Sriwidjaja.
Kembali ke masalah agama Islam yang
merakyat ajarannya, tidak mengenal adanya stratifikasi sosial yang
didasarkan kasta. Diterima oleh rakyat di Nusantara Indonesia sebagai liberating forces
– kekuatan pembebas. Melepaskan manusia dari pengklasifikasian abadi
berdasarkan kasta yang tak dapat diubah karena dasar pembagian kasta
berdasarkan hereditas – keturunan darah.
Islam memberikan semangat kehidupan dengan penciptaan ekonomi terbuka melalui pasar. Sistem ini melahirkan sistem sosial terbuka ·opened society. Artinya setiap individu terbuka untuk memperoleh kesempatan mengubah jenjang sosialnya, dengan social climbing– pendakian sosial. Melalui prestasi kerjanya· achieved status. Masyarakat Islam sebenarnya hampir tidak mendasarkan pada ascribed status – kedudukan sosial yang diperolehnya atas dasar keturunan-hereditas kecuali kedudukan Sultan atau Raja.
Islam masuk ke Nusantara Indonesia
melalui gerbang pasar yang disebarkan para wirausahawan yang merangkap
sebagai juru dakwah. Menurut Prof. Dr. D.H. Burger dan Prof. Dr. Mr.
Prajudi, dalam Sedjarah Ekonomis Sosiologis Indonesia, Djilid Pertama,
menyatakan Islam di Indonesia dikembangkan dengan jalan damai dan tidak
disertai dengan invasi militer.
Dengan dana pribadi dan penguasaan
transportasi kelautan serta penguasaan pasar, menjadikan Islam secara
cepat tersebar ke seluruh kepulauan Nusantara Indonesia. Pengembangannya
melibatkan setiap Muslim dengan keragaman profesinya, yang merasa
terpanggil kesadaran agamanya, menjadi dai dengan metode yang sejalan
dengan profesinya. Artinya pedagang dengan bahasa niaganya, nelayan
dengan pendekatan nelayannya, bangsawan dengan bahasa struktural
keningratannya, dan seterusnya. Rasulullah saw mengajarkan, “‘sampaikanlah ajaran yang berasal dariku, walaupun baru satu ayat,” – Bafighu ani walau ayah.
Artinya, setiap Muslim berkewajiban untuk berperan aktif, ikut serta
sebagai penyebar ajaran Islam yang bersumber dari wahyu. Dengan cara
demikian, Islam cepat menyebar dan berdampak mayoritas bangsa Indonesia
memeluk Islam sebagai agamanya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
jika kesaksian sejarah dari catatan wirausahawan dapat pula dijadikan
sumber penulisan sejarah.
[1] Arnold
J.Toynbee, 1974. A Study of History.Abridgemellt of Volume I-VI by
C.Somervell. Oxford University Press. New York, hIm. 214.Bersambung….
*Dicuplik dari buku ““API SEJARAH Buku yang akan Mengubah Drastis Pandangan Anda tentang Sejarah Indonesia”, Ahmad Mansur Suryanegara, Salamadani Pustaka Semesta, Cetakan IV November 2010, halaman 25 – 30
*Gambar “Kapal Arab Lama” diambil dari beranda facebook Prof. Abdul Hadi WM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar